Sabtu, 08 Januari 2011

Penyakit Jantung dan Rahasia Membaca Al-Qur'an

Anda tidak sempat lagi membaca Al-Qur'an secara teratur? Dalam dunia yang super sibuk bisa jadi kesempatan membaca Al-Qur'an menjadi sesuatu yang sangat mahal bagi sebagian orang. Waktu 24 jam yang disediakan Allah SWT akibat dari proses pergerakan tata surya yang bergerak atas kuasaNya, serasa tidak cukup. Kalau tidak percaya tanya saja pada para pejabat yang kehabisan waktu untuk mendatangi atau menghadiri acara demi acara. Bahkan kalau bisa mereka akan meminta kepada Tuhan agar perputaran waktu sehari bisa menjadi 50 jam.
Akan tetapi, tahu pulakah kita bahwa kehilangan kesempatan untuk membaca Al-Qur-an secara teratur merupakan kerugian besar, bukan hanya dari segi ibadah tapi juga kesehatan? Tahukah anda membaca Al-Qur'an dengan teknik yang benar, yaitu dengan tajwid yang mengharuskan intonasi yang panjang dipanjangkan dan pendek dipendekkan. Dalam ilmu tajwid ada ketentuan bacaan yang harus dibaca satu alif, satu setengah alif atau dua alif. Ada pula ketentuan harus dibaca dengan berdengung.
Kalau Al-Qur'an dibaca dengan kaidah-kaidah seperti itu maka sesungguhnya itu menjadi obat mujarab bagi penyakit jantung yang berkaitan dengan pengaturan sirkulasi udara atau pernapasan. Al-Qur'an dengan segala kaidahnya itu merupakan rahasia Illahi yang penuh teknis pengobatan dan penghiburan. Ini makin menyakinkan karena Al-Qur'an merupakan Kalamullah atau perkataan Allah SWT dan bukan ciptaan dan rekayasan manusia. Dengan begitu, kaidah bacaan panjang, pendek dan berdengung yang ada dalam bacaan Al-Qur'an adalah skenario atau TIP dari Allah SWT untuk pengobatan manusia. Tidakkah Anda yakin Tuhan menurunkan kalam-Nya dengan kesempurnaan seperti itu? Silahkan Anda mempraktikkan sendiri dengan membacanya secara teratur dengan tajwid yang benar.
Seorang tetangga saya, sebut saja Pak Tholib sampai pada kesimpulan yang demikian pula. Dirinya sudah divonis mengalami gangguan jantung secara kronis. Oleh dokternya, dia disarankan untuk sering melakukan senam pernapasan dan yoga. Dalam proses dia menjalani pengobatan seperti itu, pada suatu malam dia mencoba merenung hingga teringat dengan kebiasaannya di masa lalu, yang rutin membaca Al-Qur'an. Dia coba membuka lagi lembaran demi lembaran  Kitab Suci itu untuk melahapnya menjadi bacaan harian. Akunya, hatinya bergetar dan perhatiannya tercurah dalam keyakinan spritual dan penerimaan logika bahwa membaca Al-Qur'an lebih berdampak ketimbang senam pernapasan dan yoga untuk proses penyembuhannya. Sampai kini dia memilih menggunakan lebih mengiptimalkan terapi membaca Al-Qur'an yang benar untuk proses penyembuhan penyakit jantungnya.
Kita pun mungkin lupa dengan keajaiban itu sehingga abai terhadap ibadah membaca Al-Qur'an. Al-Qur'an bukan hanya obat jasmani bahkan jadi obat rohani. Banyak sastrawan dan pakar olah suara di dunia yang mengakui suara bacaan Al-Qur'an yang kalau dibaca dengan sempurna berdasarkan ketentuan tajwidnya merupakan salah satu untaian vokal suara terindah di dunia. Betapi teduhnya saat mendengar para qori yang memiliki suara memadai untuk mengalunkannya. Bukankan Allah SWT mengatakan," Sesungguhnya orang-orang yang beriman apabila disebut nama Allah bergetarlah hatinya....(An- Anfal: 2).

Pada akhirnya, seperti kata tetangga saya, Pak Tholib,"Mungkin Allah menegur saya karena melupakan kebiasaan membaca Al-Qur'an. Dengan penyakit jantung ini, saya merasa butuh dan memerlukan lagi untuk membacanya sembari kembali memahami perintah dan pedoman dari langit."

Sabtu, 03 Januari 2009

AS, Sang Wasit Curang Dalam Konflik Palestina dan Israel

Coba renungkan dan telanjangi dengan logika. Bagaimana bisa AS begitu bersikukuh menghadang resolusi PBB untuk Israel atas serangan mereka ke Jalur Gaza. Palestina ibarat pemuda yang diikat tangannya ke belakang dan kemudian disuruh berkelahi dengan Israel yang berdiri bebas dengan membawa kampak besar. Dalam logika manapun dan etika militer manapun pastilah hal ini tidak fair. Terus mengempur lawan yang tidak bersenjata dan tidak memberikan perlawanan adalah tindakan tidak kesatria dan hina dalam dunia militer dunia. Tapi bagaimana bisa AS terus berdalih memberi peluang dan ruang kepada Israel untuk terus membumi hanguskan wilayah Gaza dalam kondisi demikian?
Betapa saya sangat kesal dan emosi begitu mendapati kabar bahwa AS menghadang resolusi yang tengah disiapkan Dewan Keamanan PBB dalam Sidang Darurat-nya untuk menyikapi serangan Israel ke wilayah Palestina.
Ini menunjukan bahwa penentuan nasib bangsa Palestina tidak bisa diserahkan kepada Barat dan AS. Dunia Islam harus berjuang dengan caranya sendiri. Dalam hal ini tentu termasuk Indonesia.
Jangan lagi percaya politik lobi AS yang licik dan mau menang sendiri.
Semoga AS segera runtuh karena dunia dan khususnya Islam tidak aman dalam dominasi negara diktator tersebut.

Kamis, 18 Desember 2008

Rubuhnya Tembok Etika Barat






Salam persaudaraan,
Berhentilah memuja-muja etika dan profesionalisme bangsa Barat atau paling tidak Amerika Serikat.
Saya dan Anda tentu masih merekam dengan baik, bagaimana para orang pintar dan cerdik selalu bilang 'orang barat' itu jujur dan profesional. Kesannya orang Melayu itu sudah biasa curang dan menipu sehingga harus berguru dengan kejujuran 'orang barat'.
Tapi, itu dulu. Kini itu semua sudah sirna dan terkikis habis. Semua itu dimulai dari terkuaknya kasus subprime mortgage macet akut di Amerika Serikat pada 2007 dan puncaknya awal tahun ini yang menggulung perusahaan keuangan raksasa Lehman Brothers. Tidak terkecuali, Citigroup juga tertikam Lehman. Kemudian menjalar ke hampir semua institusi keuangan di Eropa dan sebagian Asia.
Sederhananya kasus itu bermula dari kerakusan para broker di Paman Sam dalam mengejar fee. Siapa saja mereka rekomendir untuk bisa dapat kredit rumah di level pasar non bankable tanpa mengindahkan prosedur. Semua itu karena didasari ketamakan pada komisi. Akibatnya, terjadi kredit macet massal karena semua debitor yang sudah direkomandir gagal bayar. Selanjutnya portofolio surat berharga yang diterbitkan dari proses pinjam- meminjam itu jatuh tak berharga lagi. Akhirnya menjadi kredit macet raksasa yang mencapai ratusan miliar US$.
Dan kini, yang terbaru adalah terbongkarnya borok Bernard Madoff, konglomerat bekas Ketua Bursa Saham Nasdaq. Dia menilep uang dari banyak institusi, yayasan dan per orangan yang mempercayakan dananya untuk dikelola melalui perusahaan investasi yang dimiliki Madoff. Nilainya tidak sedikit, tapi mencapai hingga US$50 miliar atau sama dengan cadangan devisa Indonesia yang nilainya 50,180 miliar dollar AS.
Modus operandinya ambil duit orang dengan iming-iming investasi dengan yield, lalu dibayar dengan dana lain yang didapat dari cara yang sama. Atau lebih tepat model arisan tapi disertai komitmen yield kepada pemilik dana. Pada akhirnya aksi tipu menipu itu terbongkar jua karena dana kelolaan menjadi seret dan tidak mampu lagi membayar kewajibannya. Begitulah yang terjadi. Ini persoalan watak dan kerakusan yang dipoles dengan topeng dan trik canggih di lantai bursa.
Untuk itu, wahai para penghamba bangsa Barat, berhentilah melihat kebaikan syurga di sana. Anda sesungguhnya sedang melihat fatamorgana.
Kejahatan dan penipuan bisa ada di mana-mana.
Jangan ketipu warna kulit dan postur. Telah terlalu lama kita memandang dengan rendah diri dan remeh terhadap watak bangsa kita.

Karet Tengsin, Tanah Abang
Irsad Sati

Kamis, 13 November 2008

Tolak Full Blanket Guarantee Bagi Bank




Salam persaudaraan,

Apakah Anda salah seorang korban dampak kenaikan tingkat suku bunga kredit bank? Pengusaha lagi cemberut dengan bunga kredit usahanya yang naik. Begitupun, pembeli rumah via fasilitas kredit pemilikan rumah meringis bunga naik 2% hingga 5% dalam satu bulan belakangan ini. Yang mencicil KPR Rp1 juta per bulan naik jadi Rp1,2 juta hingga Rp1,25 juta. Apalagi yang biasa mencicil Rp2 juta ke atas menghadapi pembengkakkan cicilan lebih tinggi lagi mulai dari Rp550 ribu.
Pasar menjerit minta turun bunga, bankir merespon. Mereka mau turunkan bunga dengan syarat pemerintah total memberikan fasilitas penjaminan dana nasabah bank alias full blanket guarantee dari yang berlaku sekarang maksimal Rp2 miliar.
Niat bankir menurunkan bunga kredit layak diapresiasi, tapi mari katakan tidak untuk syarat penjaminan penuh dana nasabah mereka.
Kalau pascakrisis 1997, industri perbankan mendapatkan suntikan dana ratusan triliun rupiah, nampaknya kini mau diulang dengan modus yang lain.
Sekali lagi jangan mau. Pemberian jaminan penuh itu sama saja dengan menyusui investor asing. Lupakah kita bahwa kepemilikan sejumlah bank di Indonesia kini dikuasai asing. Itu artinya sama saja dengan menyusui investor asing dengan darah rakyat.
Sekali lagi jangan mau. Carilah cara lain, yang jelas bunga kredit harus turun. Wong di Eropa dan Amerika, Bank Sentralnya pada berebut menurunkan bunga patokan, kok malah Indonesia lain sendiri.
Perbankan membutuhkan orang kreatif untu meletakan kepentingan jangka panjang, rakyat banyak, dan negara di atas segala bentuk kepentingan sempit. Apalagi kepentingan investor asing.


Salam





Rabu, 12 November 2008

Secercah Asa Bagi Petani di Sukabumi

Salam persaudaraan dari saya
Hari ini, saya berkesempatan menghadiri acara panen padi hibrida di Desa Situ Mekar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Rasa lelah harus bangun pagi pukul 3.30 WIB untuk bisa sampai ke lokasi sirna seketika mendengar padi bisa dipanen 14,6 ton per hektare.
Istimewanya panen padi hibrida dengan varietas yang diberi nama Bernas Prima dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Lebih istimewa lagi, padi itu hasil pengembangan Artha Graha Group, konglomerasi yang dikendalikan pengusaha 'terkenal' Tommy Winata, dengan GuoHau Seed Industries, China, yang diujicoba di atas lahan seluas 5 hektare di desa itu.
Hebatnya dari klaim mampu panen 16,4 ton itu ditargetkan bisa meningkat hingga 20 ton per hektare. Suatu pencapaian yang sangat menahjubkan untuk ukuran tanam padi di Indonesia yang sampai saat ini menurut klaim Presiden baru bisa panen 5 ton per ha.
Dalam kegiatan itu Presiden juga menyerahkan bantuan benih padi hibrida sebanyak 50 ton, pupuk Ponska 10 ton, dan pupuk petroganik 10 ton kepada perwakilan kelompok tani.
Saya melihat panen padi hibrida varietas Bernas Prima itu tidak lepas dari pesan komersial dari produsen benih sehingga bisa juga dilihat dari aspek kompetisi antar merek untuk menaklukan pasar.
Tapi okelah itu hal yang tidak terelakkan dalam dunia bisnis. Hanya saja, proses itu jangan sampai petani hanya menjadi objek kelinci percobaan untuk kesuksesan bisnis benih dan pupuk milik konglomerat.
Saya dan tentu kita semua berharap panen padi sebagai unjuk kehebatan itu bermuara pada peningkatan pendapatan petani dan mengenjot pendapatan perusahaan produsen benih dari sisi komersial. Istilahnya bukan eksploitasi kaum petani oleh pemilik modal dan pemegang kuasa industri benih dan pupuk. Tapi petani untung dan perusahaan untung.
Terakhir, selamat kepada Artha Graha dan mitranya semoga memberikan sumbangan besar bagi perbaikan kehidupan petani Indonesia yang sampai saat ini masih begitu-begitu saja.

Salam

Irsad Sati